Calakuta, Batara
BATARA CALAKUTA, yang berkuasa atas segala serangga berbisa, tinggal di Kahyangan Wisabawana yang terletak di lereng Gunung Jamurdipa.
Suatu ketika ketenangan di Kahyangan Wisabawana terganggu karena para dewa di bawah pimpinan Batara Guru sedang bergotong-royong berusaha mencabut Gunung Jamurdipa untuk digunakan membor samudera dalam upaya mendapatkan Tirta Amerta. Perbuatan para dewa itu membuat marah Batara Calakuta (Tirta Amerta, air kehidupan yang didapat membuat makhluk terhindar dari kematian. Sementara itu, sebagian dalang mengatakan, samudera itu dikebur, diaduk, dikacaukan, dan bukan dibor).
Usaha Batara Calakuta untuk menghentikan pekerjaan para dewa justru membangkitkan perselisihan yang akhirnya meledak menjadi perang. Karena dikeroyok banyak dewa, Batara Calakuta dan anak buahnya kewalahan. Mereka lari.
Dalam pelariannya itu Batara Calakuta menciptakan sebuah telaga beracun. Telaga itu berisi bisa Kalakuta. Jebakan maut ini hampir mengena manakala Batara Guru dan beberapa dewa yang kehausan meneguk air telaga itu. Sebagian dewa yang sempat minum tewas seketika karenanya. Untunglah, tepat pada saatnya Batara Guru cepat memuntahkan air berbisa itu. Walaupun demikian, karena air berbisa itu sempat sampai ke tenggorokannya, leher Batara Guru menjadi membiru karenanya. Itulah sebabnya, sejak itu Batara Guru juga mendapat nama alias Sang Hyang Nilakanta, nila artinya biru, sedangkan akanta artinya leher.
Setelah Tirta Amerta diperoleh, para dewa yang mati karena racun Kalakuta dapat dihidupkan kembali, berkat kesaktian Batara Guru.
Leave a Reply