Darma, Batara

BATARA DARMA, dikenal sebagai dewa yang bertugas menjaga tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia pewayangan di Indonesia. Dewa inilah yang sebenarnya membuahi Dewi Kunti, atas izin Prabu Pandu Dewanata, sehingga istri raja Astina itu melahirkan Yudistira atau Puntadewa. Batara Darma datang memenuhi panggilan Dewi Kunti, karena istri Pandu itu memiliki Aji Adityarhedaya.

Menurut Mahabarata, Batara Darma adalah putra Sang Hyang Atri, cucu Batara Brama. Ia menikah dengan 10 orang kakak beradik putri Hyang Daksa.

Suatu ketika, dalam melaksanakan tugas menjaga keadilan Batara Darma pernah bertindak kurang bijaksana, sehingga ia dikutuk oleh Resi Animandaya. Pertapa sakti itu merasa diperlakukan tidak adil, dan ketika kemudian ia menuntut keadilan, Batara Darma tidak sanggup memberikan jawaban yang memuaskan.

Karena adanya kutukan itu Batara Darma harus menjalani kehidupan sebagai manusia pincang yang dilahirkan dari wanita berdarah sudra. Akhirnya, untuk menjalani masa kutukan itu, Dewa Kebenaran dan Keadilan itu menitis (menitis, reinkarnasi, artinya kelahiran kembali) pada Yamawidura, anak bungsu Abiyasa yang lahir dari seorang dayang istana bernama Drati.

Batara Darma pernah melindungi Dewi Drupadi, ketika istri Puntadewa itu hendak ditelanjangi oleh Dursana. Waktu itu, sesudah Pandawa ditipu di meja judi dan Dewi Drupadi yang dianggap sebagai barang taruhan dimenangkan para Kurawa. Di hadapan banyak orang Dursasana mencoba melepaskan kain yang dikenakan Drupadi namun gagal. Setiap kali kain yang dikenakan dilepaskan dari tubuh Dewi Drupadi, saat itu pula secara gaib tubuh itu terlapis lagi oleh kain yang lain, berkat pertolongan Batara Darma.

Setelah itu, menjelang berakhirnya masa pembuangan Pandawa di Hutan Kamiyaka, Batara Darma datang menguji rasa keadilan Yudistira, anaknya. Dewa itu menyaru sebagai raja gandarawa dan membunuh adik-adik Yudistira satu persatu. Ia lalu mengajukan berbagai pertanyaan ujian pada Yudistira, yang ternyata dijawab dengan memuaskan.

Ketika Yudistira disuruh memilih mana di antara adik-adiknya yang akan dihidupkan kembali, Yudistira pun menjawab dengan pertimbangan keadilan yang matang. Karena jawaban Yudistira selalu memuaskan, gandarawa itu berubah ujud kembali menjadi Batara Darma, dan keempat adik Yudistira dihidupkan kembali (Baca YUDISTIRA).

Menjelang kematian Pandawa, Batara Darma juga menjelma menjadi anjing peliharaan Yudistira. Anjing itu terus mengikuti perjalanan Pandawa dalam perjalanan kelana menjemput kematian, dan mengantar Yudistira sampai ke pintu surga, oleh penjaga gerbang surga anjing itu dilarang masuk. Karena penolakan itu Yudistira lalu protes. Yudistira enggan masuk ke dalan surga yang tidak menghargai kesetiaan. Pada saat itulah si anjing menjelma kembali menjadi Batara Darma.

Menurut Kitab Mahabarata, Batara Darma adalah putra Sang Hyang Ari, atau cucu Batara Brama.

Baca ANIMANDAYA, RESI.

Leave a Reply

Kategori Abjad
Sponsor