Cempurit
CEMPURIT adalah batang pegangan pada Wayang Kulit Purwa, Wayang Suluh, Wayang Kancil dan beberapa jenis wayang lainnya. Fungsinya untuk memudahkan dalang memegang dan memainkan wayang itu. Biasanya, pada wayang-wayang yang baik, cempurit terbuat dari tanduk kerbau bulai atau kulit penyu. Dulu, sampai dengan akhir abad ke-19, di beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Barat, untuk bahan pembuatan cempurit juga digunakan tanduk banteng.
Selain berfungsi untuk gagang pegangan pada bagian pangkalnya, bagian ujung cempurit berguna untuk menguatkan atau membuat kaku Wayang Kulit itu. Itulah sebabnya, cempurit kadang-kadang juga disebut gapit. Besar kecilnya batangan cempurit tergantung ukuran wayangnya. Cempurit untuk wayang Kumbakarna, misalnya, jauh lebih besar dibanding dengan cempurit untuk Dewi Sinta.
Sebuah cempurit atau gapit merupakan batangan yang dibelah dua, dan masing-masing belahan digunakan untuk menjepit lembaran wayang. Pada jarak tertentu, jepitan itu diikat kuat dengan benang—tetapi pada zaman dulu untuk pengikat cempurit ini digunakan pilinan serat sabut kelapa karena lebih pe-ret, tidak licin.
Pemasangan cempurit diusahakan demikian rupa sehingga tidak mengganggu pandangan orang terhadap tatahan dan sunggingan wayang itu. Karena itu, sebelum cempurit atau gapit itu dipasangkan pada wayang, harus lebih dulu dieluk, yakni dibeengkok-bengkokkan sesuai dengan bentuk wayangnya. Cara pembengkokannya dengan pemanasan. Namun, cara pemanasan juga harus dilakukan secara hati-hati, agar diperoleh cempurit yang awet.
Bila untuk bagian tubuh wayang cempurit berfungsi membuat kulit belulang menjadi lebih kaku, maka yang diikatkan pada tangan wayang, berfungsi untuk menggerakkannya. Yang diikatkan pada tangan wayang, disebut tuding.
Pada zaman dulu, sebelum tahun 1935-an, di daerah Surakarta ke barat dan pesisir utara Jawa Tengah serta Jawa Timur, sebutan cempurit berlaku untuk menyebut gapit dan tuding. Namun, di daerah Madiun ke timur dan pesisir selatan Jawa Timur, istilah cempurit hanya digunakan untuk menyebut tuding. Sedangkan yang bagian yang memperkuat badan peraga wayang disebut gapit, bukan cempurit.
Untuk membuat cempurit diperlukan keahlian dan ketrampilan khusus agar cempurit itu tidak mudah patah, lentur dan enak dipegang dalang. Daerah penghasil cempurit Wayang Kulit yang terkenal adalah di Desa Kuwel, Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten; serta daerah Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Bila tokoh wayang yang dimainkan berukuran besar, misalnya Kumbakarna, tangan Ki Dalang akan memegang cempurit pada bagian ngepok, yakni bagian pangkal dengan kaki si peraga wayang. Cara ini disebut anjagal. Sedangkan bila yang dimainkan tokoh wayang berukuran kecil, misalnya putri, maka yang dipegang adalah bagian metit, yakni di dekat ujung cempurit itu.
Berikut ini nama bagian-bagian cempurit, menurut cara penamaan di daerah Surakarta:
Baca CEPENGAN; dan WAYANG.
Leave a Reply