Dadungawuk
DADUNGAWUK [dhadhung awu’] sebenarnya bukan tokoh wayang penting. Ia hanya muncul sebentar dalam Parta Krama, yakni lakon yang menceritakan perkawinan Arjuna dengan Dewi Wara Subadra.
Dadungawuk adalah penggembala. Kebodanu, sejumlah 40 ekor. (Ada dalang yang menyebutkan angka 60 dan 100 ekor) Kebo Pancal Panggung yang kakinya belang putih, itu milik Batara Guru. Sedangkan penanggungjawab pemeliharaannya diserahkan kepada Batara Gana. Dadung Awuk adalah anak buah Batara Gana atau Batara Ganesa. Pada Wayang Kulit Purwa Dadungawuk dilukiskan dalam bentuk raksasa yang sedang memegang cambuk.
Sewaktu Arjuna melamar Dewi Wara Subadra. Prabu Baladewa mencoba mempersulit dengan cara meminta berbagai mahar yang sulit diperoleh. Antara lain, Baladewa minta disediakan 40 ekor Kebodanu. Gatotkaca yang oleh Prabu Darmakusuma (Yudistira) ditugasi mencarinya, minta izin pada Dadungawuk untuk meminjam hewan peliharaannya. Namun, Dadungawuk menolak meminjamkannya. Baru setelah Gatotkaca mengalahkannya, penggembala itu memberi petunjuk agar Gatotkaca minta izin lebih dahulu pada Batara Guru (sebagian dalang menyebut pemilik Kebodanu adalah Batara Gana, ada lagi dalang yang mengatakan kerbau itu milik Batari Durga. Sedangkan soal 40 ekor Kebodanu itu, sebagian dalang mengisahkan bukan merupakan permintaan Prabu Baladewa, melainkan syarat mahar yang diminta oleh Dewi Subadra). Akhirnya, setelah Batara Guru mengizikankan, Dadungawuk justru membantu Gatotkaca menggiring kerbau-kerbau itu ke Kerajaan Dwarawati.
Dalam pewayangan Dadungawuk terkadang juga disebut Sang Hyang Slewah, karena warna kulit tubuhnya ‘slewah’. Bagian kiri tubuh raksasa penggembala itu kulitnya putih, sedangkan bagian kanannya hitam.
Baca juga SUBADRA, DEWI WARA.
Leave a Reply